Senin, 01 Agustus 2016

SD Harapan utama, minus LKS, buku panduan dibarengi buku pendamping tematik


BATAM (SP) - Hebohnya masalah LKS saat ini merupakan tantangan terbesar dinas pendidikan khususnya yang terjadi di batam untuk tetap menjamin mutu pendidikan di sekolah negeri tanpa membebani masyarakat dengan program sekolah gratisnya. Walaupun masalah LKS yang dihembuskan oleh pihak-pihak tertentu mengatakan bahwa itu memberatkan wali murid justru harus ditolok ukur sejauh mana gratis yang dimaknai oleh pemerintah terkait dunia pendidikan.

Ada dan tidaknya LKS, salah satu guru kelas 1 SD negeri di batam, Ria Anggereni mengaku merupakan satu tantangan besar baginya untuk tetap membimbing anak didiknya. "Siswa saya ada yang sudah bisa baca tulis, ada yang masih harus mengeja, ada juga yang buta huruf, perbandingannya yang bisa baca dengan yang belumbisa baca tulis 70-30, karena ada yang dulunya TK ada yang non TK, bagi saya kita sebagai guru tetap memberikan bimbingan dan pengarahan. kendalanya bila tak ada LKS, memang ada soal di buku panduan siswa namun kurang luas, apalagi membina siswa kelas 1 SD yang masih bawaannya bermain, tanpa panduan macam soal di LKS siswa tak fokus untuk mulai belajar, makanya kita harus membuat soal di papan tulis dan siswa mencatat, itu siswa yang bisa diatur, bagi siswa yang kurang bisa diatur kita beri tugas tersendiri agar fokus pada tugasnya dan tidak ramai sendiri dikelas, dan untuk latihan dirumah kita buat soal diatas kertas dan dibagikan ke siswa sebagai latihan dirumah. Semester 2 bila memang tak dibolehkannya lagi ada LKS, sesuai panduan RPP, membuat soal di papan tulis maupun di kertas siap dilakukan,"ungkap Ria.

Sedangkan di SD Harapan Utama, Marhaini selaku kepsek mengatakan bahwa sejak 2014 sekolahnya tak lagi memakai LKS sebagai pembelajaran siswanya. "Kita memakai buku panduan dibarengi dengan buku pendamping, yakni pendalaman buku teks tematik. Jadi tidak terpisah buku panduan sendiri, lalu ada LKS, saya tidak berlakukan lagi LKS sebab materi yang ada didalam LKS banyak yang tak sinkron dengan buku panduannya serta materi terlalu padat, kasihan siswa saya terbebani banyak soal namun di buku panduannya tidak sinkron dan sulit untuk memahami mapelnya,"papar Marhaini.

Jenni, guru kelas 1 SD Harapan Utama mengamini ulasan Marhaini. "Untuk PR, Materinya merupakan rangkuman 2 buku tersebut jadi soal PR sudah berbeda, Setelah per 2 sub tema kita berikan PR dan itu diberikan hari jumat untuk pengisi waktu libur siswa,"ujar Jenni.
Dengan sistem buku panduan dibarengi pendalaman buku teks tematik, diakuinya lebih efektif bagi pembelajaran siswa." Apa yang siswa pelajari di dalam buku panduan sinkron dengan soal yang ada di buku pendampingnya, itu juga memudahkan kami kinerja guru dalam melaksanakan KBM,"tutupnya.(dian)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ads Inside Post