Foto: Makam
tua sepanjang lebih kurang dua meter yang terletak di Kampung Belian
|
Belian
adalah sebuah nama perkampungan yang terletak di kawasan tepi pantai Batam
Centre. Di kampung ini terdapat makam yang diperkirakan berusia 200 tahun.
Selain berumur tua, makam ini juga mempunyai panjang tiga meter dengan batu
nisan dari bahan yang langka ditemukan saat ini.
Apabila
dilihat dari struktur batu nisan tersebut diyakini memiliki kemiripan dengan
struktur makam Sultan Malik Al-shaleh di Samudra Pasai.Batu nisan tersebut
ditemukan ketika Habibullah atau biasa dipanggil Wak Geno yang berasal dari
Semenanjung Melaka membuka kampung ini. Keberadaan makam tersebut telah wujud
pada abad 18 pada waktu Islam baru mulai berkembang secara luas di pulau Batam
dan Singapura.
Terkait
makam yang batu nisannya berasal dari Kerajaan Samudera Pasai ini terdapat
sebuah hikayat tentang seorang ulama besar dari negeri Aceh itu. Pada waktu itu
telah datang ke Singapura seorang ulama besar yang bernama Jana Khatib beserta
dua pengikutnya bernama Agam dan Naka dari Kerajaan Pasai untuk menyebarkan
agama Islam dengan cara berdagang.Namun upaya untuk menyebarkan ajaran tauhid
ini tidak mendapat tanggapan dan sambutan yang baik oleh sekelompok orang,
diakibatkan seorang tumenggung yang iri hati terhadapnya.
Dari sejarah
inilah bermula kisah Hang Nadim, seorang budak Melayu yang wafat dalam usia
muda demi menumpas kebodohan bangsanya pada zaman itu. Peristiwa ini bermula
dari sumpah Jana Khatib ketika dia difitnah oleh temenggung lalu dihukum mati
oleh sultan. Dari kejadian ini beliau telah melafazkan sumpah bahwa Singapura
akan mengalami bencana, kemudian dari ucapannya ternyata makbul sehingga negeri
Singapura benar-benar tertimpa musibah besar hingga banyak rakyatnya yang
mengalami kematian akibat diserang ikan todak.
Dari
kejadian ini , maka sampai sekarang ini terkenallah lagenda “Singapura
Dilanggar Todak”.Ketika Jana Khatib akan menghembuskan nafasnya yang terakhir,
beliau minta agar muridnya untuk membawa jenazahnya pulangke negeri Pasai.
Namun keadaan serba tidak memungkinkan untuk meneruskan pelayaran ke negeri
Pasai dan karena Agam telah tinggal sendiri sedangkan Naka juga ikut menjadi
korban sewaktu tragedi berdarah itu terjadi.
Setelah
membawa jenazah Jana Khatib ke dalam perahu dan akan meninggalkan pantai
Tanjung Pagar, Singapura pada malam hari, Agam terperanjat melihat keadaan
perahunya yang digenangi air.Agam kemudian membatalkan niatnya untuk terus
melakukan perjalanan pulang ke Pasai. Dia menukar haluan untuk mencari sebuah
pangkalan yang dapat memperbaiki perahunya. Maka haluanpun dialihkan ke pulau
Batam dan tempat pendaratan beliau tepatnya di pantai Kampung Belian.
Memandang
kondisi jenazah yang tidak memungkinkan untuk dibawa pulang ke Pasai,Agam
memutuskan untuk memakamkan gurunya di pantai tersebut meskipun pada awalnya
tidak diberi nisan dan hanya diberi batu sebagai tanda pada makam
tersebut.Namun setelah beliau selamat sampai ke Pasai, Agam mengatur segala
strategi serta keperluan lainnya untuk kembali menyerang Singapura pada zaman
setelah Singapura dilanggar todak.
|
Sumber:
Muhammad Natsir Tahar/Tatang Surya Priatna -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar